Rabu, 09 September 2009

perio

PENGARUH RESORPSI EKSTERNAL PADA AKAR

Resorpsi eksternal akar umumnya diikuti oleh gejala klinis tanpa menyebabkan kerusakan jaringan periodontal yang dapat disalahartikan dengan kelainan saluran akar ataupun penyakit periodontal. Walaupun demikian, pada tahap akhirnya resorpsi eksternal dapat mengganggu sulkus gingiva dan menyebabkan abses periodontal. Lesi tersebut dapat diindakasikan dengan meningkatnya kedalaman poket dan drainase pus saat probing. Pada tahap ini terdapat berbagai bentuk, mekanisme, dan tampilan klinis dari resorpsi eksternal akar.

Mekanisme Resorpsi Jaringan Keras

Jaringan keras tubuh terdiri dari dua komponen utama, yaitu mineral dan matriks. Rasio dari komponen-komponen ini dibedakan oleh tulang, sementum, dan dentin, dengan asam dan enzim yang berperan sebagai monitor proses degradasi jaringan ini. Umumnya, tulang dapat mengalami remodelisasi sebagai proses adaptasi terhadap adanya perubahan, tetapi resorpsi yang terjadi pada jaringan keras gigi permanen merupakan tanda akan adanya proses patologis. Baik tulang, sementum, email, dan dentin dapat diresorpsi oleh clast cells. Osteoklas berbentuk besar, mempunyai beberapa nukleus, dan sel motilnya berasal dari sel prekursor hematopoietik sumsum tulang. Sel-sel yang memiliki satu nukleus juga terlibat pada saat jaringan keras gigi mengalami resorpsi.

Pada kondisi normal jaringan keras gigi dilindungi dari proses resorpsi oleh permukaan lapisan blast cells. Selama lapisan tersebut berfungsi sempurna, maka resorpsi dapat dihindari. Regulasi hormonal resorpsi tulang diperantarai oleh osteoblas. Stimulasi yang dilakukan hormon paratiroid akan membuat osteoblas membuka permukaan tulang untuk osteoklas. Bagaimanapun, kerja hormon paratiroid tidak mempengaruhi sementoblas. Hal tersebut menjelaskan mengapa tulang dan bukan gigi yang mengalami remodelisasi untuk beradaptasi dengan perubahan fungsional.

Jaringan keras yang habis akan mengakibatkan sel-sel teresorpsi. Perpindahan organ matriks tulang mengakibatkan sel-sel fagosit mendeteksi adanya komponen mineral. Jadi, lapisan blast cells yang terdapat pada jaringan keras membentuk suatu barrier protektif, yang harus dihancurkan/dilewati terlebih dahulu, untuk memicu terjadinya aktivitas osteoklas. Pada kondisi klinis, berbagai bentuk kerusakan dapat mempengaruhi lapisan blast sel tersebut, seperti trauma, scaling dan root planing yang berat pada perawatan periodonti. Setelah terjadinya luka akibat trauma, osteoklas bergerak menuju permukaan jaringan keras yang terekspos dan mengeluarkan asam ke ruang ekstraseluler unutk mendemineralisasi jaringan keras. Efek lebih jauh, bahkan akan menghasilkan lingkungan asam yang akan mendukung fungsi enzim lisosom yang bekerja optimal pada pH rendah, untuk mendegradasi matriks jaringan.

Kesimpulan

Terdapat dua mekanisme yang terlibat dalam proses terjadinya resorpsi jaringan keras.

  1. Mekanisme pemicu
  2. Penyebab berlanjutnya proses resorpsi

Mekanisme pemicu pada resorpsi akar adalah terlepasnya permukaan akar dari lapisan protektif blast cells. Hal ini kemudian diikuti oleh kerusakan yang terjadi pada lapisan sel-sel sementoblas. Untuk kelanjutan proses resorpsi diperlukan stimulus, seperti infeksi, tekanan mekanis yang terus-menerus seperti perawatan ortodonti. Oleh karena itu, perawatan resorpsi akar harus ditujukan kepada eleminasi penyebabnya, contohnya mengangkat penyebab terjadinya infeksi atau penghentian perawatan ortodonti.